A.
Latar
belakang
Perubahan tingkah laku bukan di lihat dari perubahan sifat-sifat fisik
misalnya tinggi dan berat badan,yang terjadi sebagai suatu perubahan fisiologis
dalam besar otot/efisiensi dari proses-prosessirkulasi dan respirasi. Perubahan
ini tidak termasuk belajar, perilaku
berbicara, menulis, bergerak dan lainnya memberi kesempatan
kepada manusia untuk mempelajari perilaku-perilaku seperti berfikir, merasa, mengingat dan memecahkan masalah dan lain-lainnya perubahan ini
termasuk hasil belajar. Sedangkan
istilah pengalaman membatasi macam-macam perubahan tingkah laku yang
dapat di anggap mewakili belajar.
Proses belajar tidak hanya tergantung kepada orang lain,tapi pada
individu yang belajar. Anak belajar tidak hanya verbalisme tetapi dari
mengalami sendiri dalam lingkungan yang alamiah. Anak harus tahu makna belajar
dan menggunakan pengetahuan serta ketrampilan
yang telah di peroleh untuk memecahkan masalah hidup.
Belajar merupakan
proses terbentuknya tingkah laku baru yang di sebabkan individu merespon
lingkungan melalui pengalaman pribadi. Belajar sebagai proses akan terarah
kepada tercapainya tujuan dari pihak siswa maupun guru,banyak sekali teori
belajar menurut literatur psikologi. Teori itu bersumber dari teori
atau aliran-aliran psikologi. Secara garis besar di kenal ada 3 rumpun besar
teori belajar menurut pandangan psikologi yaitu teori Behaviorisme, Kognitifisme, Konstruktivisme dan
Humanisme. Dalam makalah ini akan membahas teori Behaviorisme dan Kognitifisme.
A.
Teori Belajar Behaviorisme
1.
Pengertian Behaviorisme
Behaviorisme dari kata behave yang berarti berperilaku dan isme berarti aliran.
Behaviorisme merupakan pendekatan dalam psikologis yang di dasarkan atas
proposisi (gagasan awal) bahwa perilaku
dapat di pelajari dan di jelaskan secara ilmiah. Teori-teori dalam rumpun ini
bersifat molekular, karena memandang kehidupan individu terdiri atas
unsur-unsur seperti halnya moleku-molekul.
Ada beberapa ciri dari rumpun teori ini yaitu :
1.
Mengutamakan
unsur-unsuratau bagian-bagian kecil
2.
Bersifat
mekanistis
3.
Menekankan
peranan lingkungan
4.
Mementingkan pembentukan reaksi atau respon
5.
Menekankan
pentingnya latihan.
2.
Tokoh Teori Behaviorisme
a. Ivan Pavlov
Ivan
Pavlov terkenal dengan teori Classical
Condotioning atau Pengkondisian Klasik. Ivan Pavlov mempelajari bagaimana
seekor anjing mengeluarkan air liur pada saat diberi makan. Pavlov menyimpulkan bahwa bebrapa stimulus baru seperti peneliti yang serba putih telah
di asosiasikan oleh anjing teersebut dengan makanan. Sehingga menimbulkan
keluarnya air liur.
Proses kondidisoning biasanya mengikuti prosedur
umuim yang sama. Misalkan seoranmg pakar psikologi ingin mengkondisikan seekor
anjing untuk mengeluarkan air liur ketika mendengar bunyi lonceng.
Prinsip-prinsip Pengkondisian Klasik Pavlov
Pavlov mengidentifikasikan teoti pengkondisisan
klasik menjadi 4 proses.
a) Fase Akuisisi
Merupakan fase belajar permulaan dari respon
kondisi. Sebagai contoh anjing “belajar” mengeluarkan air liur karena
pengkondisisan suara lonceng.
b) Fase Eliminasi
Istilah elimiunasi digunakan untuk menjelaskan
eliminasi respon kondisi dengan mengulang-ulang stimulus kondisi tanpa stimulus
utama. Sebagai contoh, seekor anjing telah belajar mengeluarkan air liur karena
adanya suara lonceng, peneliti dapat secara berangsur-angsur menghilangkan
stimulus utama dengan mengulang-ulang bunyi lonceng tanpa memberi makan
sesudahnya.
c) Fase Generalisasi
Setelah seekor hewan telah “belajar” respon
diganti menjadi satu stimulus kemungkinan juga dia merespon stimuli yang sama
tanpa latihan lanjutan. Contohnya, jika seorang anak digigit oleh seekor anjing
hitam besar, anak tersebut bukan hanya takut kepada anjing tersebut, namun juga
takut kepada semua anjing.
d) Fase Deskriminasi
Kebalikan dari Generalisasi yaitu ketika seorang
individu belajar menghasilkan respon kondisi pada satu stimulus, tidak dari
stimulus yang sama namun dari kondisi yang berbeda.
b. John Watson
Percobaan
Watson
Watson ingin menerapakan clasical conditioning pada reaksi emosional. Kesimpulan watson
hasilnya menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa manusia dapat belajar takut
terhadap stimuli yang sesungguhnya tidak menakutkan. Experimen tersebut juga
menunjukkan bahwa clasical condotioning mengakibatkan beberapa kasus phobia.
c. B.F. Skinner
Teori Pengkondisian B.F. Skinner
a) Percobaan Skinner
Skiner
menghabiskan beberapa dasawarsa mempelajari perilaku kebanyakan tikus atau
merpati didalam ruangann kecil yang kemudian di sebut kotak skiner. Kotak kiner
berupa ruangan kosong tempat hewan memperoleh makanan dengan melakukan respon
sederhana, kotak skiner berbeda dengan kotak teka-teki thorndike dalam tiga hal
1. Dalam mengerjakan respon yang di inginkan,hewan
tersebut menerima makanan namun tidak kelaur dari kotak.
2. Persediaan makanan di dalam kotak hanya cukup
untuk setiap respon, sehingga penguat hanya di berikan untuk satu sesi tes.
3. Operan yang di sadari membutuhkan upaya yang
ringan,sehingga seekor hewan dapt melakukann respon ratusan bahkan ribuan kali
per jamnya.
Karena
perbedaan ini skiner dapat mengumpulkan lebih banyak data,dan ia dapat mengamati
bagaimana perubahan pola pemberian makanan mempengaruhi kecepatan dan pola
perilaku hewan.
d. Edward Thorndike
Edward Thorndike (1874-1949), dengan eksperimennya
belajar pada binatang yang juga berlaku bagi manusia yang di sebut Thorndike
dengan “trial and error”.
Teori ini didasarkan pada perubahan tingkah laku yang
dapat di amati. Oleh karena itu aliran ini berusaha mencoba menerangkan dalam
pembelajaran bagaimanakah lingkungan berpengaruh terhadap perubahan tingkah
laku.
Salah satu tokohnya yaitu Thorndike (1874-1949)
dengan eksperimennya belajar pada binatang yang juga berlaku bagi manusia.
Menurutnya belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus
dan respons.
Thorndike mengemukakan 3 prinsip/hukum dalam belajar
yaitu:
a. Law of
readnes
Belajar akan berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk melakukan
perbuatan tersebut.
b. Law of
exercise
Belajar akan berhasil apabila banyak latihan.
c. Law of
effect
Belajar akan
bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.
Thorndike menggunakan kurva waktu belajar untuk
membuktikan bahwa binatang dapat belajar secara gradual dan konsisten.
Thorndike mengemukakan bahwa perilaku dapat diikuti kejadian yang menyenangkan,
atau lebih cenderung akan terjadi di masa akan datang, sebaliknya perilaku yang
di ikuti kejadian tidak menyenangkan akan memperlemah sehingga cenderung tidak terjadi
lagi dimasa mendatang.
3.
Contoh
Penerapan Teori Belajar Behaviorisme
Berikut ini adalah beberapa contoh penerapan teori
belajar Behaviorisme.
a.
Proses
belajar dapat terjadi dengan baik apabila siswa ikut terlibat aktif di dalamnya
b.
Materi
pelajaran diberikan
dalam bentuk unit-unit kecil dan di atur sedemikian rupa sehingga hanya perlu memberikan
suatu respons saja
c.
Tiap-tiap
respons perlu di beri umpan balik secara langsung.
Jadi suatu respons di perkuat oleh penghargaan nilai
yang tinggi dari kemampuannya menyelesaikan soal-soal ujian. Anak belajar
dengan cara membaca informasi dan soal tersebut lalu memberikan atau memilih
jawaban yang tersedia. Jawaban anak segera di cocokan dengan kunci jawaban,dan
segera di ketahui hasilnya yang di nyatakan dengan kualifikasi nilai tertentu.
B.
Teori Belajar Kognitivisme
1.
Pengertian Behaviorisme
Teori belajar Kognitivisme
yaitu kerangka kerja atau dasar pemikiran dari teori pendidikan. Menurut teori
ini bahwa belajar melibatkan proses berpikir yang kompleks. Jadi menurut teori
Kognitivisme pendidikan itu sendiri di hasilkan dari proses belajar anak
didik itu sendiri
Teori Kognitif di
kembangkan oleh para ahli Psikologi Kognitif, teori ini berbeda dengan Behaviorisme, bahwa yang utama pada kehidupan manusia adalah mengetahui (knowing)
dan bukan respons.
2.
Tokoh Teori Kognitivisme
a.
Edward C.Tollman
Meneliti proses kognitif dalam belajar dengan
penelitisn eksperimen bagaimana tikus jalan melintasi masuk teka-teki berupa
jalan yang ruwet. Eksperimen tollman menunjukan bahwa belajar adalah lebih dari
sekedar memperkuat respon melalui penguatan.
b.
Jerome Bruner
Dalam bukunya tersebut bruner mendifinisikan
proses kognitif sebagai
“alat organisme untuk memperoleh,menyimpan,dan mentransformasi informasi” gagasan utama bruner di dasarkan kategorisasi “memahami kategorisasi,konseptualisasi adalah kategorisasi”. Bruner berpendapat tentang adanya suatu sistem pengkodean di mana orang membentuk susunan hirarkis dari kategori-kategori yangsaling berhubungan.
“alat organisme untuk memperoleh,menyimpan,dan mentransformasi informasi” gagasan utama bruner di dasarkan kategorisasi “memahami kategorisasi,konseptualisasi adalah kategorisasi”. Bruner berpendapat tentang adanya suatu sistem pengkodean di mana orang membentuk susunan hirarkis dari kategori-kategori yangsaling berhubungan.
c.
Avram Noam Chomsky
Menurut chomsky kapasitas manusia untuk belajar
bahasa adalah bawaan. Ia memiliki teori bahwa otak manusia memiliki hardware
untuk bahasa sebagai hasil dari evolusi. Chomsky menekankan contoh-contoh
perolehan bahasa yang cepat oleh anak-anak,termasuk cpat berkembangnya
kemampuan untuk membentuk kalimat yang sesuai kata bahasa.
d.
Jean Piaget
Teorinya tentang perkembangan kognitiv anak
merupakan salah satu tonggak munculnya kognitivisme. Perkembangan kognitivisme
merupakan pertumbuhan logika,berfikir dari bayi sampai dewasa. Piaget memiliki
asumsi dasar kecerdasan manusia dan biologi organisme berfungsi dengan cara
yang sama. Pengetahuan merupakan interaksi antara individu dan lingkungan.
Outcome dari perkembangan kognitif adalah konstruksi dari schema
kegiatan,operasi konkrit dan operasi normal. Komponen perkembangan kognitif
adalah asimilasi dan akomodasi,yang di atur secara seimbang. Memfasilitasi
berfikir logis melalui espirimentasi dengan obyek nyata yang didukung oleh
interaksi antara PR dan guru.
e.
Lev Vogotsky
Semula pengaruh teori pavlov,vygotsky berbalik
menentangnya karena ia berpendapat bahwa stimulus dan respon saja tidak cukup
untuk menjelaskan tentang realitas aktivitas manusia. Aktivitas yang di lakukan
manusia membutuihkan mediator ekstra melalui alat atau bahasa. Ia juga
berpendapat bahwa ada perbedaan antara konsep dan bahasa ketika seseorang masih
belia,tetapi sejalan dengan perjalanan waktu,keduanya akan menyatu. Bahasa
mengekspresikan konsep,dan konsep di gunakan dalam bahasa. Menurut
vygotski,orang dewasa yang sensitif akan peduli terhadap kesiapan anak untuk
tantangan baru,sehingga mnereka dapat menyusun kegiatan yang cocok untuk
menegmbangkan ketrampilan baru. Orang dewasa berperan sebagai mentor dan
guru,mengarahkan anak ke dalam zone of priximal development istilah dari
vigotsky yang berarti suatu zona perkembangan di mana anak tidak mampu
melakukan suatu kegiatan belajar tanpa bantuan namun dapat melakukannya secara
baik di bawah bimbingan orang dewasa. Ketika anak-anak berpartisipasi dalam
kegiatan sehari-hari seperti ini dengan orang tua,guru,dan orang lain mereka
akan secara bertahap mempelajari praktek budaya,nilai-nilai,ketrampilan.
3. Contoh Penerapan Teori Belajar Kognitivisme
Seorang siswa berinterksi dengan lingkungannya
melalui upaya mengasimilasikan berbagi informasi ke dalam struktur kognitifnya.
Dalam proses asimilasi tersebut perilaku individu di perintah struktrur
kognitifnya.
DAFTAR PUSTAKA
Sagala, Syaiful (2010).
Konsep dan Makna Pembelajaran.
Bandung: Alfabeta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar